Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pembinaan Kemandirian di Lapas Perempuan Tangerang Tuai Simpati

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Sabtu, 22 Juni 2019, 21:55 WIB
Pembinaan Kemandirian di  Lapas Perempuan Tangerang Tuai Simpati
Sri Puguh Budi Utami/Net
rmol news logo Direktorat Jenderal Pemasyarakatan terus mendorong percepatan revitalisasi pemasyarakatan, salah satunya dengan upaya terpadu dan konsisten menumbuhkan kecakapan dan kemandirian warga binaan pemasyarakatan (WBP), istilah baru untuk narapidana.

Usaha penuh tekad dan konsisten tersebut membuat banyak kalangan simpati dan terkesan. Aktor Okan Kornelius, salah satunya.

Okan mengaku sempat mengunjungi Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang, Banten, mewakili sebuah perusahaan publik yang bekerjasama dalam upaya meningkatkan kualitas produk yang proses produksinya sudah berjalan lama di Lapas Tangerang.

“Masyarakat seharusnya tahu bahwa warga binaan itu ternyata kreatif, ulet, telaten, dan dapat menghasilkan banyak produk yang berkualitas,” kata aktor yang membintangi banyak sinetron nasional itu.  

Okan menyayangkan minimnya publikasi selama ini, sehingga tak banyak masyarakat yang tahu pembinaan di dalam Lapas. Padahal, dengan mengetahui kualitas dan kemandirian WBP, masyarakat dapat lebih mudah menerima warga binaan yang kembali ke masyarakat.

“Semua itu akan memperlancar usaha warga binaan untuk kembali melebur dan menjadi warga yang berguna serta memberikan partisipasi maksimal sesuai kemampuan mereka,” kata Okan.

Selama ini, Lapas Perempuan Tangerang tergolong Lapas yang banyak menggelar program pembinaan kemandirian dan pemberian keahlian untuk warga binaan mereka. Lapas juga terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai lembaga yang peduli.

Setidaknya, dalam setahun terakhir Lapas Perempuan Tangerang bekerja sama dengan banyak pihak, antara lain Dompet Dhuafa, Universitas Syekh Yusuf Tangerang, Universitas Binus, Foundation For International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) sebuah lembaga nirlaba peduli hak asasi yang berpusat di Brussel, Belgia, Yayasan TIFA, dan banyak lagi.

Dompet Dhuafa bahkan memiliki program berkelanjutan, yakni Program Bina Santri Lapas (BSL). Program ini merupakan upaya pembinaan keagamaan bagi warga binaan di Lapas agar saat selesai menjalani hukuman nanti, dapat hidup lebih baik, diterima di masyarakat, serta membawa perubahan yang berarti dalam hidup mereka.

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Lapas Perempuan Tangerang Herlin Candrawati mengatakan, pihaknya membuka banyak kesempatan agar kemampuan dan kemandirian warga binaan terus berkembang. Dalam upaya itu, Lapas Tangerang  banyak menerima bantuan dan dukungan masyarakat.

“Kami sangat percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari tiga pilar Sistem Pemasyarakatan dalam pembinaan warga binaan, yaitu pemerintah, warga binaan dan masyarakat,” kata Herlin.

Dalam berbagai kesempatan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas) Sri Puguh Budi Utami tak pernah henti menekankan pada jajarannya untuk terus mendorong pembinaan kemandirian warga binaan untuk meningkatkan kemampuan diri (life skills) melalui pelatihan keterampilan dan kemandirian.

”Menjadi tantangan tersendiri bagi Ditjen PAS untuk membina dan mengantarkan warga binaan menjadi terampil dan mandiri di tengah-tengah keterbatasan yang ada. Untuk itu jelas diperlukan banyak keterlibatan pihak ketiga, dari Kementerian/Lembaga, LSM, maupun Lembaga Pelatihan Kerja dan para pemerhati pemasyarakatan dalam kegiatan pembinaan. Mulai dari produksi hingga distribusi produk-produk yang dihasilkan di dalam Lapas dan Rutan," tandas Utami. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA