Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dilempar HT Saat Razia Lalu Lintas, Siswi SMP Ini Terancam Buta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Kamis, 02 Mei 2019, 12:16 WIB
Dilempar HT Saat Razia Lalu Lintas, Siswi SMP Ini Terancam Buta
Korban tengah dirawat/RMOL Jateng
rmol news logo Tragis betul nasib Layla (15), seorang siswa kelas 3 SMP di Kecamatan Purworejo,. Ia kini terancam buta permanen akibat tindak kekerasan yang dialaminya.

Mata Layla luka parah terkena lemparan handi talkie (HT) yang diduga dilakukan seorang oknum polisi lalu lintas pada Selasa (30/4) lalu.

Menurut keterangan nenek korban, Kusbandiyah (76), warga Kecamatan Bagelen kepada RMOL Jateng saat ditemui di rumahnya, hingga saat ini cucu perempuannya itu masih menjalani perawaran intensif di RS Sardjito, Yogyakarta.

"Saat kejadian, cucu saya itu dibonceng temannya hendak ke Sucen untuk foto-foto katalog perpisahan. Sesampai di Jalan Lengkong, ada razia lalu-lintas. Teman cucu saya itu tidak mau berhenti, mungkin takut atau bagaimana saya tidak tahu," ujar perempuan tua yang mengaku mengasuh korban dan kedua kakaknya sehari-hari.

Karena kendaraan yang diboncengi korban mencoba menerobos razia, seorang anggota polantas diduga melempar HT dan mengenai kepala Layla.

Jarak beberapa meter dari lokasi razia, korban kemudian meminta temannya untuk berhenti karena merasakan mata kanannya berdarah. Melihat darah mengalir, oleh temannya, Layla langsung dibawa ke RSUD Tjitro Wardoyo untuk mendapat perawatan dkter.

Kusbandiyah mengatakan, karena luka serius yang dialami dan peralatan yang kesehatan yang kurang memadai, cucunya kemudian dirujuk ke RS Sardjito DIY untuk penanganan lebih lanjut.

Tri Wahyuni, salah satu bibi korban yang ikut wawancara menerangkan, keponakannya itu sudah menjalani operasi pada mata kanannya. Tri mengatakan,  menurut dokter yang menangani, operasi hanya untuk menghentikan pendarahan dan menyembuhkan luka, tapi Layla tetap terancam buta permanen.

"Mata kirinya sudah pernah dioperasi juga karena katarak. Namun Layla itu tabah, malah menguatkan kakaknya yang menunggui. Dia sudah ikhlas. Dia bilang, masih punya mata kiri yang bisa untuk melihat," cerita Tri sambil menahan tangis.

Sehari-hari Layla anak yang pendiam, cantik dan berprestasi. Pernah meraih juara menari klasik tingkat kabupaten dan provinsi. Bahkan dia juga berkeinginan untuk melanjutkan sekolah di SMAN 7 Purworejo.

Sejak ayahnya meninggal dan ibunya bekerja di Jakarta, bungsu dari tiga bersaudara ini tinggal bersama neneknya di Kecamatan Bagelen serta kedua kakaknya.

Sudah ada dari pihak kepolisian yang  menengok korban ke RS Sardjito. Polisi meminta maaf kepada korban dan ibunya yang terpaksa pulang menunggui korban di rumah sakit. Kepolisian akan memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA