Ketidakmaksimalan tersebut, menurutnya, berupa kelebihan pembangkit listrik yang tidak terpakai mencapai 35 megawatt.
"Dua busnya jalan semua kalau pakai satu bus enggak bisa, karena kurang. Dipakai dua bus jadi sendiri, begitu kira-kira. Sama itu pembangkit listrik di Indonesia ini itungannya lebih dari 50 ribu megawatt tapi yang terpakai 35 megawatt jadi masih lebih, angka pastinya ada kira-kira tapi ya sekitar itu," kata Alie dalam diskusi Bravos Radio, Tebet, Jakarta Selatan, Jumlah (12/4).
"Lebihnya kemana? ya nganggur, jadi busnya nganggur," tuturnya.
Alie pun membeberkan cara memaksimalkan hal tersebut, yaitu dengan menekankan kembali penjualan listrik yang tak terpakai, atau melalui penggunaan kompor listrik sekaligus menggantikan LPG impor.
"Misalnya, 'hey pelanggan listrik kamukan beli LPG, nih pakai ini (kompor listrik) LPG'. Sekaligus dia menghemat, negara juga menghemat, negara enggak perlu impor (LPG), LPG kan mahal diimpor," tuturnya.
"Sebenarnya kalau di Jepang, di restoran kalau misalnya Hanamasa segala macem itukan pakai pemanas yang bukan pakai api, pakai listrik, itu gampang sekali dan bersih, tempat masaknya juga jadi bersih, tidak ada potensi kebakaran," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: