Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Waspada Diare Dan Wabah Malaria Paskabencana Banjir Di Kabupaten Jayapura

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 26 Maret 2019, 09:27 WIB
Waspada Diare Dan Wabah Malaria Paskabencana Banjir Di Kabupaten Jayapura
Foto: dr. M. Iqbal Elmubarak
rmol news logo Hingga memasuki hari ke sembilan penanganan tanggap bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura dilaporkan 105 korban meninggal, 107 luka berat, 808 luka ringan dan 82 jiwa belum ditemukan.

Setidaknya ada 12 distrik di Kabupaten Jayapura yang terdampak yaitu Sentani, Sentani Barat, Sentani Timur, Walbu, Ebungfauw, Depapre, Ravenirara, Nimboran, Nimbokrang, Kemtuk Gresi, Namblong, dan Distrik Demta (Kampung Muaif).

Jumlah pengungsi yang terdata mencapai 11.448 jiwa atau 2.718 KK yang tersebar di 16 posko.

Dokter (dr) M. Iqbal Elmubarak selaku tim medis Kementerian Kesehatan khawatir terjadi bencana lanjutan karena jumlah pengungsi yang terserang diare mengalami peningkatan.

"Jadi ini kasihan masyarakat, sudah mau dua minggu, sekarang sudah mulai diare, dari lima orang menjadi 141 dalam lima hari. Cepat naiknya karena susah air, terus di pengungsian MCK-nya nggak bersih, nggak ada air," tutur dr. Iqbal yang juga representatif Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL.

Belum lagi mengantisipasi penyebaran malaria mengingat kondisi tempat pengungsiannya terbuka sehingga rentan digigit nyamuk. Data terakhir Kemenkes menunjukkan Papua masih berwarna merah alias endemis tnggi penyakit malaria.

"Makanya aku minum obat terus. Obatnya untuk golongan baru penanganan malaria hanya ada di Papua," ujarnya.

Lokasi pengungsian sendiri masih menumpang seperti di sekolah, balai desa, gereja, kantor bupati, panti jompo, dan asrama.  

Kemudian untuk mencegah penularan HIV maupun hepatitis, tim medis yang bertugas disediakan sarung tangan.

"Ya pakai sarung tangan, ada antisipasi. Jadi misal mau suntik, jangan sampai kontak darah dengan dia (pasien)," terang ayah tiga putri ini.

Sebab, lanjut dokter Iqbal, dengan situasi seperti ini sulit mendeteksi pengidap HIV ataupun hepatitis. "Sebelum rumah mereka hancur bisa kita data, oh di perkampungan ini yang sakit HIV ada 10 orang, sekarang semua sudah nyampur susah," ujarnya.

Menurutnya yang dibutuhkan di samping air bersih dan tambahan MCK juga tak kalah penting dibangun hunian sementara (huntara).

"Mendingan NGO mau bantu untuk tenda atau apa, itu butuh banget," saran dokter yang juga pegiat di Pengurus Besar Federasi Mountaineering Indonesia (PB FMI) ini.

Klaster Kesehatan sendiri sudah ada yang dibagi menjadi sembilan sub. Salah satunya khusus pelayanan pengendalian penyakit menular antara lain dengan pembagian kelambu di pengungsian. Selain itu juga dilakukan fogging di posko Toware.

Laporan data hasil pelayanan kesehatan yang diperoleh dari Sub Klaster Surveilans, total 4.992 pasien yang ditangani masih didominasi kasus ISPA, myalgia, dermatitis, dan diare. Angka ini mengalami peningkatan pada hari ke-5. Seperti ISPA yang bergerak dari 863 kasus menjadi 1.148 kasus. Begitu pula myalgia, dermatitis, dan diare.

Sedangkan kasus luka/vulnus akibat bencana semakin berkurang meski masih terjadi.

Sementara dari Sub Klaster Kesehatan Gizi, dokter Iqbal memaparkan temuan tim gizi yang melayani enam posko yaitu Advent, Yabaso Bambar, Donday, Yahim, dan Gunung Merah terdapat empat balita kurang gizi, 21 anak menderita ISPA, dan seorang ibu hamil KEK. Semuanya sudah dalam penanganan tim gizi.

Iqbal menambahkan, evakuasi korban oleh tim SAR gabungan masih berlangsung karena medan terdampak bencana banjir bandang cukup berat.rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA