Inspirasi Islam terus berlanjut hingga era revolusi kemerdekaan, hingga kini di era posttruth, di mana keyakinan akan kebenaran tidak lagi mesti berkaitan dengan kebenaran itu sendiri.
Begitu tegas CEO
RMOL Network Teguh Santosa saat memberi sambutan di acara milad pertama
Moeslim Choice bertajuk “Malam Anugerah: Moeslim Choice Award 2018†yang digelar di Hotel Pullman, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat pada Rabu (12/12) malam.
Teguh menukil studi dari sejarawan politik George McTurnan Kahin mengenai revolusi dan kebangsaan Indonesia. Kahin mencatat, ada dua tulang belakang yang memungkinkan revolusi menentang kolonialisasi atas negeri ini berbuah kemerdekaan.
Pertama, adalah bahasa Melayu Pasar yang dipergunakan kalangan terdidik dan pelajar, tokoh pergerakan, dan pemimpin-pemimpin masyarakat di masa pra kemerdekaan.
“Dengan bahasa Melayu Pasar gagasan kebangsaan jadi mungkin untuk dipertemukan, diasah, dibumikan, dan akhirnya berhasil diperjuangkan,†terang Teguh.
Sementara
backbone yang kedua adalah Islam. Kahin menyebutnya sebagai Muhammadanisme yang dianut oleh sebagian besar rakyat di negeri jajahan yang ketika itu bernama Hindia Belanda.
Islam memudahkan gagasan kemerdekaan dibumikan. Sebab, seperti semua agama langit lainnya, Islam mengajarkan bahwa drajat setiap manusia adalah sama.
“Dengan demikian, penjajahan yang dilakukan manusia atas manusia lain, penjajahan yang dilakukan satu bangsa atas bangsa lain, sudah pasti bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dan karenanya harus dilawan,†demikian Teguh
Sejumlah tokoh nasional hadir dalam acara ini. Mereka di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, ekonom senior DR Rizal Ramli, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Walikota Palembang Harnojoyo, Senator DKI Fahira Idris, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, dan Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama.
[ian]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.