Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ulama Adalah Pewaris Nabi Yang Harus Dihormati, Perekat Persatuan Bangsa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 11 Desember 2018, 07:55 WIB
Ulama Adalah Pewaris Nabi Yang Harus Dihormati, Perekat Persatuan Bangsa
KH Ahmad Satori Ismail/Dok
rmol news logo Ulama selama ini dikenal sebagai tokoh atau  pemimpin agama yang dapat mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dari berbagai macam masalah, baik masalah agama ataupun masalah yang dihadapi sehari hari lainnya seperti masalah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Untuk itu masyarakat harus dapat menghormati dan menghargai para ulama sebagai guru yang dapat dipanuti.

"Dalam bahasa Arab, ulama itu adalah orang yang mengetahui ilmu keislaman dan hanya takut kepada Allah. Jadi menghormati ulama di dalam Islam itu adalah suatu keharusan karena ulama itu adalah pewaris para nabi," kata Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI), KH. Ahmad Satori Ismail di Jakarta, Selasa (11/12).

Ahmad Satori menegaskan, nabi tidak mewariskan uang, dinar, dirham ataupun harta, tetapi ilmu yang ditularkan kepada para ulama. Selain itu, ulama juga merupakan guru yang dapat merekatkan persatuan di antara kehidupan masyarakat.

Dalam sejarah bangsa Indonesia sendiri, menurutnya, ulama juga dikenal sebagai guru bangsa yang tanpa lelah telah ikut  membangun dan mempertahankan kedaulatan bangsa.

"Ulama itu tidak hanya sekedar mengajarkan agama saja, tapi ulama juga sebagai contoh dan merupakan guru bagi masyarakat karena ulama juga mampu mempererat persatuan bangsa," katanya    

Ia pribadi tidak terlalu melihat secara jelas jika ada kelompok tertentu yang ingin meruntuhkan kredibilitas ulama atau adanya ulama yang tidak kredibel dalam. Justru menurut dia, para ulama baik yang ada di daerah-daerah maupun di perkotaan selama ini adalah mereka yang benar-benar istiqomah di jalan Allah.

"Umpama kalau itu ada yang tidak kredibel ya mohon maaf, karena kriteria ulama di Indonesia selama ini masih juga masih belum jelas. Masyarakat awam kita ini kadang melihatnya ada yang  asal bisa tahlil, asal bisa doa biasanya sudah bisa disebut ulama. Padahal yang disebut ulama itu adalah ahli agama yang betul-betul takutnya kepada Allah SWT,” kata Gurubesar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.     

Namun demikian, ia tidak memungkiri jika ada seseorang yang juga mengaku sebagai ulama tetapi melontarkan ujaran kebencian yang dapat menimbulkan perpecahan.

Untuk itu ia berpesan agar masyarakat dapat memilih ulama yang dapat dijadikan panutan. Dalam memilih ulama yang memiliki ilmu Islamnya benar-benar mendalam agak susah. Apalagi kalau masyarakatnya sendiri pemahaman agamanya juga awam.  

"Pemikiran masyarakat yang seperti inilah yang harus kita  perbaiki bersama bagaimana masyarakat kita ini benar-benar mengerti tentang fungsi dan memahami tentang ulama. Apalagi dalam menghadapi tahun poltik ini kadang-kadang banyak hal yang disangkutpautkan dengan perpolitikan," ujar Ahmad Satori yang juga menjabat anggota Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Namun ia tidak setuju jika para ulama tidak diperbolehkan berbicara masalah politik. Tentunya dengan cara yang baik dan tidak menjelek jelekkan orang lain.

"Bicara politiknya tentunya hal-hal yang benar, hal-hal yang bisa mengangkat martabat dan harkat bangsa ini sehingga merasa terayomi oleh para ulama," tuturnya.

Selain itu  ia juga berpesan kepada para kelompok ormas-ormas Islam bersama pemerintah mengangkat kembali kredibilitas ulama di masyarakat dengan menyiapkan kader-kader kredibel.

"Tentunya ini kewajiban ormas islam di Indonesia dibantu pemerintah ini untuk melakukan persiapan-persiapan untuk itu. Bisa menyiapkan ulama itu bisa melalui sekolah sekolah, pesantren maupun dari sarana-sarana keagamaan islam lainnya," ujarnya mengakhiri.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA