Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Reuni Alumni 212 Dan Keistimewaannya

Senin, 03 Desember 2018, 08:10 WIB
Reuni Alumni 212 Dan Keistimewaannya
Foto: Dok
MENGAGUMKAN! Kumpulan yang tumpah ruah di lapangan Monas itu tidak terbilang banyaknya.

Pro kontra atas kegiatan tersebut kerapkali mengemuka. Termasuk soal besaran bilangan massa yang terlibat. Tetapi ukuran presisi kuantitas bukanlah indikasi substansial dari aktivitas tersebut.

Perkumpulan yang menamakan dirinya alumni 212, seolah merayakan keberadaannya. Dinamakan alumni, karena telah terwisuda melalui rangkaian aksi 411 dan 212 pada medio 2016, bahkan ikut dalam gerakan pemenangan kandidat pada Pilkada DKI.

Sebagian kalangan yang tidak berseberangan mengkategorikan kelompok ini sebagai sebuah kampanye politik, meski persaudaraan alumni 212 sendiri menyangkal hal tersebut, tetapi tentu tidak terelakkan asumsi tersebut.

Mengapa demikian? Karena momentum politiknya berhimpit dengan agenda politik ditingkat nasional, pola yang sama dalam pemenangan kandidat di DKI seolah hendak dieskalasi dilevel nasional, terlebih ada kandidat yang hadir dalam event tersebut.

Kita tentu bisa berdiskusi akan hal tersebut, tetapi yang jauh lebih penting adalah pembacaan momentum reuni 212 dalam khasanah sosial politik domestik kali ini.

Benarkah gerakan ini sebagaimana dinyatakan oleh pihak tertentu sebagai bibut radikalisme ala Suriah? Sulit rasanya melihat kondisi sedemikian, heterogenitas peserta aksi yang terlibat justru membuktikan hal sebaliknya, keberagaman kelompok sebagai faksi-faksi dalam persaudaraan alumni 212 adalah jawaban bahwa corak dari warna pemahaman Islam didalamnya yang tidak seragam, apalagi tentang ide sebagaimana ISIS pada konflik Suriah.

Tepatkah menganalogikan reuni persaudaraan alumni 212 sebagai bentuk politik praktis dalam agenda kontestasi yang menjelang? Jelas saja bisa membangun korelasi tersebut, tetapi hal itu tentu normal dan wajar saja pada sebuah masa kampanye.

Situasi ini, juga sama halnya dengan kesulitan untuk menjelaskan agenda petahana dalam posisi bertindak selaku incumbent, dengan berbagai program kerjanya, sekaligus tidak terpisahkan pada saat yang bersamaan juga menjadi kandidat kontestasi politik, dalam kerangka berkampanye meningkatkan elektabilitasnya.

Konsolidasi Massa


Jadi bagaimana memahami momentum reuni para alumni 212 kali ini? Setidaknya terdapat beberapa point kunci yang perlu dijadikan sebagai kesimpulan awal yang terbilang penting, diantaranya:

Pertama: tidak bisa dipungkiri keberhasilan agenda reuni 212 adalah upaya untuk mengkonsolidasikan massa yang telah terhimpun, dalam membangun soliditas sebagaimana makna persaudaraan yang diusung, termasuk dalam soalan perhatian atas permasalahan politik berbangsa yang tengah berkembang.

Kedua: reuni ini adalah ajang pemanasan mesin politik, memastikan kembali bentuk keterarahan yang sempat terjadi paska 411 dan 212, geliat ekonomi Islam sempat terbangkitkan, agaknya perlu momentum lebih besar lagi untuk kembali menggemakan kegairahan tersebut.

Ketiga: keberhasilan reuni kali ini menunjukan kemampuan mobilisasi kepentingan bersama didalam kelompok untuk dapat berpartisipasi secara langsung, jelas tidak mudah mengkoordinasi gerakan dalam jumlah besar dan mengandalkan pembiayaan swadaya yang diperoleh dari sumbangan sukarela secara kolektif.

Kombinasi dari ketiga asumsi sederhana itu menimbulkan dampak yang jauh lebih besar, yakni tantangan reflektif dalam ranah kepartaian, yang saat ini memiliki kesulitan untuk memastikan dukungan langsung dari para konstituen yang diklaimnya.

Lantas bagaimana dengan tercampurnya isu primordial, yang dipergunakan dalam kegiatan kali ini? Sekali lagi, sulit melakukan separasi diantara keduanya karena telah bercampur dan bersenyawa. Pun kalaulah kita runut dari aspek kesejarahan bangsa ini, kekuatan isu primordial malah menjadi faktor penguat upaya pembebasan dari keterjajahan.

Apa yang bisa dilakukan? Perbaikan cara pandang dalam persepsi kelompok perlu ditempatkan tidak monolitik, bahwa hakikat benar adalah tidak hanya menjadi milik saya, tetapi sesungguhnya ada pula dipihak lain yang tidak sependapat. Sehingga kita dapat memahami perbedaan, tanpa perlu mempertajamnya. Aksi yang aman dan berakhir damai, adalah bentuk komitmen yang harus dijaga.

Bila hari kemarin reuni telah usai dilangsungkan, maka tentu bagi mereka semangat untuk melakukan hal-hal pada ranah kebaikan semesta alam  perlu diwujudkan.

Sementara bagi yang tidak sependapat, perlu memahamkan bila bentuk ekspresi dalam demokrasi terlihat melalui keragaman gagasan. Sehingga yang tersisa secara reflektif dari reuni tersebut secara bersama bagi seluruh pihak adalah, berbeda perspektif merupakan suatu kekayaan pemikiran alih-alih menjadi kekhawatiran yang berlebihan.

Sesungguhnya kondisi ini, menjadi tamparan keras bagi partai politik, karena publik semakin cerdas untuk memiliki pendapatnya sendiri tanpa didikte! [***] 

Yudhi Hertanto
Program Doktoral Ilmu Komunikasi, Universitas Sahid

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA