Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Generasi Muda Mesti Doyan Sejarah Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 02 November 2018, 06:40 WIB
Generasi Muda Mesti Doyan Sejarah Indonesia
Foto:#DS
rmol news logo Negara dan pemerintah serta para orang tua berkewajiban melindungi sejarah dan budaya Indonesia.

Salah satu caranya dengan melibatkan langsung generasi muda dalam kegiatan-kegiatan budaya dan kesejarahan Indonesia.

Founder Komunitas Doyan Sejarah (#DS), Sudjiwo menuturkan, arus globalisasi, modernisasi, dan westernisasi yang pengaruhnya begitu masif membuat generasi muda kehilangan kepercayaan diri akan identitas dan jatidiri terhadap rentetan sejarah panjang Indonesia.

"Hal ini diukur dengan seberapa lengkap pengetahuan dan kemampuan mengejawantahkan sejarah di dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara hari ini," tuturnya dalam pemutaran film dokumenter pujangga Agung R Ng Ronggowarsito dan diskusi karya R Ng Ronggowarsito, Meramalkan atau Mendeskripsikan Peradaban Besar Nusantara? di Studio Mini Theater Lantai 8, Perpusatakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Kamis (1/11).

Djiwo, sapaan akrabnya, menyebut bahaya laten dari kondisi tersebut berdampak pada keaslian sejarah itu sendiri. Ketika eksistensi sejarah mengalami kesenyapan dan tidak lagi digaungkan lalu dituangkan ke dalam bentuk literatur, dan dideskripsikan dalam usaha untuk menghidupkan sejarah itu kembali, terjadi degradasi dan distorsi.

"Bahkan bisa menebak-nebak, sehingga sejarah mengalami pengkaburan, pergeseran, dan penyesatan," ujarnya.

#DS bersama Perpusnas sebagai lembaga pemerintah dalam tugas dan fungsinya, mengadakan kegiatan bertajuk Doyan Sejarah.

Djiwo menyampaikan, kegiatan membangun pemahaman melalui nonton bareng film dokumenter sejarah, objek sejarah yang ditayangkan diambil dari biografi dan karya dari pujangga tanah Jawa, Raden Ngabehi Ronggowarsito, sebagai salah satu upaya menghempang krisis identitas dan jatidiri bangsa.

Sudjiwo menggagas sejumlah kegiatan untuk tujuan itu. Rangkaian kegiatan dimulai dengan penayanggan film yang berdurasi sekitar 30 menit, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab.

Dia berharap, metode belajar dengan menggunakan pola audiovisual bisa mempermudah peserta memahami peristiwa jejak sejarah melalui film yang dibuat langsungnya langsung, sebagai fasilitator dari Perpusnas.

Dia mempromosikan, siapa saja yang ingin bergabung untuk belajar bersama, bisa datang langsung karena kegiatan yang dibuka untuk umum. Berlokasi di lantai 8 Jalan Medan Merdeka Selatan No.11, Gambir, Senen, Jakarta Pusat.

"Ke depannya Komunitas Doyan Sejarah akan mengadakan study tour ke candi-candi di Jawa Tengah, untuk menapaki  jejak dan catatan sejarah secara lebih dekat," ujarnya.

Perpusnas juga hendak membangun kesadaran generasi muda, dengan budaya menonton film sejarah, serta diskusi rutin.

Djiwo mengatakan, sejarah  merupakan perjalanan panjang yang tidak dapat dipisahkan, meliputi keadaan, waktu, peristiwa, momentum dan sebagainya. Dalam rangka menghidupkan sejarah eksistensi sejarah tidak boleh terdistorsi oleh rentang dimensi waktu. Subjek dan objek sejarah memiliki standar otentik yang wajib valid, utuh dan tidak buram.

"Pemahaman tersebut pada masa kini, khususnya era milenial, mengalami pergeseran nilai. Padahal ini adalah pondasi intelektual yang wajib dipertahankan sebagai wujud tanggung jawab atas keberadaan bangsa dan Negara, yang patut dipelihara dan dipanggul oleh generasi masa kini," tuturnya.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA