Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bappenas Bentuk Forum Keperantaraan Tanggulangi Masalah Kemiskinan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 30 Mei 2018, 22:38 WIB
Bappenas Bentuk Forum Keperantaraan Tanggulangi Masalah Kemiskinan
Foto: Ist
rmol news logo Kementerian PPN/Bappenas dengan dukungan KOMPAK-DFAT menginisiasi Forum Keperantaraan. Tujuannya, mengajak pelaku bisnis untuk menjajaki beberapa daerah yang berkomitmen tinggi agar bersama-sama mengangkat potensi wilayah sekaligus mendorong keterlibatan masyarakat.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Direktur penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Kementerian PPN/Bappenas, Vivi Yulaswati menjelaskan, forum ini menghadirkan sekitar 36 pelaku usaha dari berbagai bidang dan 9 perwakilan daerah.

"Forum Keperantaraan berperan sebagai awal dari penjajakan potensi komitmen yang dapat dibangun para pihak terkait. Forum ini menjadi wadah untuk menganalisis secara bersama, tantangan yang masih menghambat, dan tindak lanjut yang diperlukan," jelas dia dalam Forum Keperantaraan yang dilaksanakan, 30-31 Mei 2018 di Hotel JS Luwansa, Jakarta.

vivi menjelaskan, Forum Keperantaraan ini merupakan salah satu wujud pemberdayaan melalui kolaborasi seluruh pihak.

"Ini juga sebagai langkah maju dari upaya yang telah dilakukan pemerintah dengan memberikan berbagai bantuan kepada masyarakat sehingga diharapkan kemandirian masyarakat benar-benar dapat diwujudkan dan kemiskinan secara signifikan dapat diturunkan,” jelasnya.

Vivi melanjutkan, peluang sekaligus tantangan besar yang agaknya relevan dengan langkah berikutnya adalah optimalisasi besarnya potensi melimpahnya sumber daya pertanian dan perkebunan di Indonesia yang dapat menimbulkan manfaat ekonomi lebih besar bagi masyarakat miskin.

Selain dikenal sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit, coklat, kelapa, dan buah-buahan di seluruh dunia, Indonesia juga berperan sebagai produsen beras terbesar ketiga, produsen singkong terbesar ketiga, produsen kopi terbesar ketiga, produsen kacang terbesar kedelapan, dan produsen daging sapi terbesar se-Asia Pasifik.

"Dengan sebatas komoditas itu saja, masyarakat Indonesia, khususnya yang hidup di perdesaan, dapat lebih menikmati manfaat ekonomi dari besarnya ekspor Indonesia," urai Vivi.

"Namun, mengapa hal itu nampaknya belum terjadi? Bagaimana pula dengan melimpahnya sumber daya sektor kelautan dan perikanan? Harapannya, Forum Keperantaraan akan memetakan hal tersebut dan memberikan rekomendasi solusi sehingga ekonomi masyarakat miskin dapat lebih maju dan kemiskinan satu digit dapat tercapai,” sambungnya.

Vivi melanjutkan, seiring menjamurnya bisnis rintisan (start-up) sebagai pemangku kepentingan ekonomi yang patut diperhitungkan, pemerintah Indonesia juga melibatkan mereka dengan turun langsung ke wilayah-wilayah potensial di daerah yang relatif miskin.

"Dan bersama-sama mengangkat potensi tersebut sehingga bisa menembus pasar yang lebih luas, dengan mengedepankan prinsip sharing economy," sambungnya.

Selain peluang on-farm dari ekstraksi komoditas pertanian dan perkebunan, tambah Vivi, masih terbuka pula peluang industri off-farm, seperti pengolahan produk, pengemasan, dan berbagai industri pendukung lainnya.

"Serta industri non farm yang tidak kalah menariknya, seperti pariwisata, kerajinan tangan, tenun/kain, dan lainnya," tandas Vivi. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA