Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peringati Hari Kemanusiaan Sedunia, Mensos: Pekerja Kemanusiaan Harus Dilindungi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 23 Agustus 2017, 13:48 WIB
rmol news logo Perlindungan pekerja sosial dan warga sipil dalam berbagai bencana alam dan konflik kemanusiaan di dunia harus menjadi prioritas utama.

Begitu dikatakan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa dalam Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia di Kawasan Relokasi Hunian Tetap Siosar Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Rabu (23/8).

"Dalam setiap kejadian bencana alam maupun konflik, harus dipahami bersama bahwa seluruh pekerja kemanusiaan bukan sasaran, They Are Not A Target," jelas Mensos.

Tema yang diangkat tahun ini adalah Perlindungan Warga Sipil, Pekerja Kemanusiaan dan Semua Pihak yang Terdampak Konflik. Khofifah menjelaskan, dalam penanganan konflik sosial maupun bencana kemanusiaan seringkali pekerja kemanusiaan mempertaruhkan nyawa mereka. Bahkan, menjadi korban saat melakukan tugas kemanusiaan terhadap masyarakat terdampak bencana dan konflik.

Karenanya, lanjut dia, Hari Kemanusiaan Sedunia ini, adalah saat yang tepat untuk meneguhkan komitmen perlindungan terhadap pekerja kemanusiaan berdasarkan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.

Mensos mengungkapkan, pemerintah Indonesia telah berkontribusi secara aktif memberikan dukungan pada berbagai bencana kemanusiaan. Di antaranya Chile, Pakistan, Turki, Myanmar, Vietnam, Laos, Phipippines, Thailand, Haiti, Kamboja, Jepang, Australia, Korea Utara dan Vanuatu.

Pekerja kemanusiaan dari Indonesia juga telah bekerja di negara yang berisiko tinggi seperti Rakhine State, Myanmar, Somalia dan lainnya. Ini menunjukan Indonesia bukan sebuah negara yang hanya mendapatkan bantuan kemanusiaan tetapi juga pemberi bantuan kemanusiaan kepada negara yang terkena bencana, baik secara bilateral maupun melalui keanggotaannya dalam Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).

Hari Kemanusiaan Sedunia dirayakan setiap tanggal 19 Agustus, dilatarbelakangi pemboman Kantor PBB di Baghdad 2003 lalu, yang menewaskan 22 pekerja kemanusiaan.

Hari Kemanusiaan ini bertujuan untuk mengenang jasa-jasa para pekerja kemanusiaan yang mempertaruhkan nyawanya demi pelayanan kemanusiaan dan memberikan dukungan bagi mereka yang terdampak krisis di seluruh dunia.

Kementerian Sosial bekerja sama dengan UN OCHA (Badan PBB di Bidang Urusan Kemanusiaan) serta mitra organisasi kemanusiaan lainnya mengambil inisiatif untuk memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia guna memberikan penghargaan bagi pekerja kemanusiaan yang telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk upaya kemanusiaan.

Sementara itu Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Thomas Vargas mengatakan Indonesia melalui Kementerian Sosial telah menjadi contoh bagi dunia dalam perlindungan bagi sesama.

"Indonesia telah melakukan bagiannya dengan sangat baik dalam hal perlindungan warga sipil dan pekerja kemanusiaan," katanya.

Ia mencontohkan Hunian Tetap Siosar yang merupakan lokasi relokasi bagi penyintas Erupsi Gunung Sinabung. Ini merupakan satu bentuk usaha perlindungan yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam konteks kebencanaan. Tercatat 384 Kepala Keluarga berada di pengungsian ini.

Mensos mengatakan kawasan Hunian Tetap Siosar merupakan sebuah sejarah penting dalam proses panjang memberikan perlindungan maksimal kepada warga terdampak erupsi.

Bagi Khofifah, Siosar merupakan prestasi relokasi Sinabung yang sukses dimana awalnya warga enggan direlokasi ke wilayah tersebut. "Siosar ini merupakan tempat relokasi pertama dari korban erupsi Gunung Sinabung," ujarnya.

Apalagi, lanjutnya, kini beragam fasilitas sudah tersedia. Ada aula yang sangat luas untuk menampung kegiatan warga, tempat inadah, fasilitas umum yang lengkap, perumahan, dan lahan pertanian untuk bercocok tanam dan keberlanjutan hidup.

Dikatakannya, Siosar adalah tempat bersejarah dimana banyak masyarakat sipil yang terdampak bencana alam dan banyak pekerja kemanusiaan dari berbagai pihak baik yang terlibat dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung.

"Tempat ini indah. Terletak di suatu bukit yang berseberangan dengan gunung Sinabung. Udaranya sejuk dan warganya sangat ramah. Ini merupakan titik kumpul warga dari sejumlah desa yang terdampak erupsi Gunung Sinabung," katanya.

Dahulu, lanjutnya, membuka jalan ke Siosar adalah tantangan besar. "Jadi untuk menuju ke sana tidak bisa mobil double gardan. Semua perlengkapan harus dibawa dengan ransel naik ke atas bukit lalu membuat jalan setapak. Sekitar 3.000 tentara terlibat dalam pembukaan jalan. Saya tiga kali ke sana istilahnya mulai dari 'babat alas', bangunan selesai sebagian, hingga sudah sangat representatif seperti sekarang. Sungguh kerja bersama yang luas biasa," kenang Mensos. [sam]

ARTIKEL LAINNYA