Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peneliti Temukan Pakan Penurun Kolesterol Daging

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 26 Mei 2017, 20:14 WIB
Peneliti Temukan Pakan Penurun Kolesterol Daging
Net
rmol news logo Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama Universitas Mataram menemukan pakan penurun tingkat kolesterol daging sapi. Yakni kulit buah kakao (KBK) yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan peternak dengan cara dicampur jerami jagung sebagai pakan utama.

"Hasil penelitian di Fapet UGM dan Fapet Unram menunjukkan bahwa sapi Bali yang diberi pakan KBK dicampur dengan jerami jagung mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 62,5 miligram per 100 gram," kata peneliti senior Fapet UGM Edi Suryanto, Ph.D kepadfa redaksi, Jumat (26/5).

Menurutnya, secara umum, sapi Bali yang pakan utamanya tidak dicampur KBK punya rata-rata kandungan kadar kolesterol 80-100 miligram per 100 gram. Karena itu, menurunnya tingkat kolesterol daging sapi dipastikan akan menurunkan konsumsi daging berkolesterol tinggi bagi masyarakat yang mengkonsumsi daging tersebut.

"Memasuki bulan Ramadhan biasanya masyarakat mengkonsumsi daging sapi cukup banyak. Karena itu, sangat perlu diperhatikan kadar kolesterol yang dikandung dalam daging sapi, supaya tetap sehat dan bugar selama saat menjalankan ibadah puasa," ungkap Edi.

Dampak lain pencampuran KBK ke dalam pakan sapi juga menghasilkan beberapa kelebihan. Pertama, kandungan karkas atau daging dan tulang tercatat sebesar 52,4 persen. Kedua, area mata rusuk atau rib eye area daging sapi seluas 58,6 centimeter persegi.

"Karena itu, untuk mencapai hasil penurunan kolesterol yang maksimal, KBK perlu difermentasi. Sehingga meningkatkan kualitas dan kecernaan KBK jadi dapat dikonsumsi sapi secara optimal," terang Edi.

Meski demikian, dia mengakui jika saat ini pakan ternak selalu kurang atau langka di musim kemarau. Sementara, produksi KBK sangat melimpah di Indonesia dan dapat diberikan pada sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan, sehingga sapi dapat tumbuh dan memproduksi daging yang optimal dan rendah kolesterol.

"Karena itu, kulit buah kakao perlu diproses dan disosialisasikan pada peternak untuk menjadi pakan sapi. Integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kakao perlu dilakukan, sehingga integrasi dan kolaborasi bidang peternakan dan perkebunan dapat menjadi solusi kekurangan pakan di musim kemarau," imbuh Edi. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA